Newestindonesia.co.id, Jumlah warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza telah menembus angka 55.000 orang, seperti diungkapkan otoritas kesehatan di Gaza dalam sebuah pernyataan pada Rabu (11/6).
Menurut otoritas itu, dalam 24 jam terakhir, militer Israel menewaskan 120 orang dan melukai 474 lainnya, menjadikan total korban tewas mencapai 55.104 orang dan korban luka-luka mencapai 127.394 orang sejak pecahnya konflik Hamas-Israel pada awal Oktober 2023.
Pada Rabu yang sama, Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Tengah (UNRWA) mengatakan di platform media sosial X bahwa “model distribusi bantuan Israel-Amerika Serikat di Gaza membahayakan nyawa. Hal itu juga merupakan pengalihan perhatian dari kekejaman yang sedang berlangsung dan merupakan pemborosan sumber daya.”
“Komunitas kemanusiaan di Gaza, termasuk UNRWA, siap dan memiliki pengalaman serta keahlian untuk menjangkau orang-orang yang membutuhkan. Israel harus mencabut pengepungan dan mengizinkan akses yang aman dan tanpa hambatan untuk membawa bantuan dalam jumlah besar dan mendistribusikannya dengan aman,” tambah UNRWA, dikutip melalui Antara.
Pernyataan tersebut muncul setelah sedikitnya 28 warga Palestina tewas pada Rabu tersebut oleh tentara Israel di dekat sebuah pusat distribusi bantuan di Jalur Gaza tengah, lapor kantor berita resmi Palestina, WAFA.
Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) dalam sebuah pernyataan pada Rabu itu mengatakan bahwa semalam, pasukan IDF melepaskan tembakan peringatan ke arah para tersangka yang bergerak maju dan menimbulkan ancaman bagi pasukan tersebut, di daerah Koridor Netzarim, Jalur Gaza tengah.
“IDF mengetahui adanya laporan mengenai individu yang terluka, rinciannya sedang ditinjau,” tambah IDF.
Dalam sebuah pernyataan terpisah pada Rabu tersebut, IDF mengatakan bahwa pasukannya melanjutkan operasi mereka di Jalur Gaza dan angkatan udara Israel menghantam puluhan target militer di Jalur Gaza dalam sehari.
Israel dan Hamas mencapai sebuah kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Mesir, Qatar, dan AS pada Januari 2025.
Namun, perjanjian tersebut gagal dua bulan kemudian ketika Israel melanjutkan operasi militernya di Jalur Gaza setelah tahap pertama perjanjian itu berakhir, tanpa tercapainya kesepakatan mengenai tahap kedua atau perpanjangannya.
Editor: DAW
