Newestindonesia.co.id, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan alokasi subsidi listrik hingga akhir 2025 bertambah. Yaitu, dari target awal Rp87,72 triliun menjadi Rp90,32 triliun.
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman Hutajulu dalam RDP Komisi XII DPR RI, di Senayan, Jakarta, Senin (30/6/2025). Menurutnya. Pergerakan nilai tukar rupiah (kurs) dan harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang sangat fluktuatif menjadi pemicu utama kenaikan tersebut.
“Ada hal yang mendasari kenapa outlook-nya lebih tinggi dari yang sudah disepakati dalam APBN. Ini terutama berkaitan dengan kurs dan ICP, ini sangat volatile dan tidak bisa kita kendalikan,” kata Jisman, Seperti dikutip melalui RRI.
Selain itu, Jisman menyebutkan peningkatan volume penjualan listrik turut berkontribusi pada pembengkakan subsidi. Volume penjualan listrik terus meningkat signifikan, dari 55 TWh pada 2020 menjadi 71 TWh pada 2024.
Ia mengatakan, untuk 2025, target penjualan ditetapkan 73,13 TWh. Namun, outlook penjualan listrik menunjukkan potensi kenaikan menjadi 76,63 TWh.
Menurutnya, peningkatan ini mengindikasikan adanya perbaikan aktivitas ekonomi yang mendorong konsumsi listrik masyarakat. Kementerian ESDM melaporkan realisasi subsidi listrik per Mei 2025 telah mencapai Rp34,59 triliun, dengan volume penjualan subsidi sebesar 31,17 TWh.
Realisasi subsidi listrik tahun 2024 yang telah diaudit mencapai total Rp77,05 triliun. Mayoritas penerima subsidi ini adalah rumah tangga dengan daya 450 VA dan 900 VA, yang porsinya mencapai 67,49 persen dari total subsidi.
Selain itu, bisnis kecil dan industri kecil juga menjadi bagian dari penerima subsidi. Meski demikian, porsi subsidi listrik rumah tangga pada 2025 diproyeksikan sedikit menurun menjadi 64,1 persen dalam target APBN 2025.
Hingga Mei 2025, tercatat 24,75 juta pelanggan 450 VA dan 10,49 juta pelanggan 900 VA tidak mampu. Jumlah tersebut dari total 85,40 juta pelanggan rumah tangga.
Editor: DAW
