Newestindonesia.co.id, Donald Trump menuntut penyerahan tanpa syarat Iran dan mempertimbangkan opsi militernya saat perang Iran-Israel mencapai hari kelima pada Selasa (17/6/2025).
Trump menggelar pertemuan dengan tim keamanan nasionalnya di Situation Room, Gedung Putih, setelah sehari penuh retorika panas, di mana dia mengirimkan sinyal yang saling bertentangan mengenai apakah pasukan Amerika Serikat (AS) akan turut ambil bagian langsung dalam pengeboman Israel terhadap Iran.
Pagi harinya, Trump mengatakan kepada para jurnalis bahwa dia memperkirakan program nuklir Iran akan dihancurkan jauh sebelum intervensi AS diperlukan. Namun, kemudian, dia menyiratkan di platform media sosial miliknya, Truth Social, bahwa AS menargetkan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei dan bisa segera mengambil keputusan untuk melakukan serangan.
“Kami tahu persis di mana ‘Pemimpin Tertinggi’ bersembunyi. Dia target yang mudah, tapi saat ini aman di sana – Kami tidak akan mengambil tindakan (membunuh!), setidaknya untuk saat ini,” tulis Trump. “Tapi kami tidak ingin rudal ditembakkan ke warga sipil atau tentara AS. Kesabaran kami semakin menipis.”
Dalam unggahan beberapa menit kemudian, Trump secara lugas menuntut “PENYERAHAN TANPA SYARAT” dari Iran.
Bukan hanya ancaman Trump dengan huruf kapital yang memicu spekulasi bahwa AS mungkin akan ikut serta dalam operasi Israel. Hal ini disertai pula dengan pengerahan mendadak pesawat-pesawat militer AS ke Eropa dan Timur Tengah, di tengah konsensus umum bahwa fasilitas pengayaan uranium Iran yang tertanam jauh di dalam tanah bisa jadi mustahil dihancurkan tanpa bom penembus bunker besar yang hanya dimiliki oleh Angkatan Udara AS.
“Jika Iran tidak mundur, penghancuran total program nuklir Iran ada dalam agenda, dan itu tidak bisa dicapai Israel sendirian,” ujar Kanselir Jerman Friedrich Merz kepada televisi ZDF sehari setelah bertemu Trump di KTT G7 di Kanada seperti dilansir The Guardian.
Namun, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan kehati-hatian dengan mengatakan, “Kami mengakui hak Israel untuk membela diri, tapi kami tidak mendukung tindakan yang mengancam stabilitas di kawasan. Kesalahan terbesar yang bisa dibuat saat ini adalah mencoba mengganti rezim di Iran dengan cara militer – karena itu akan mengarah pada kekacauan.”
Meski ada pengerahan militer AS dan pernyataan mengancam dari Trump, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer yang juga hadir di pertemuan G7 bersikeras bahwa AS tidak akan bergabung dalam pengeboman Israel terhadap Iran.
“Tidak ada satu pun yang dikatakan presiden yang menunjukkan bahwa dia akan terlibat dalam konflik ini,” kata Starmer. “Sebaliknya, pernyataan G7 justru menekankan de-eskalasi … Saya duduk tepat di sebelah Presiden Trump (saat makan malam KTT G7), jadi saya tidak ragu sedikit pun tentang tingkat kesepakatan yang ada.”
Trump meninggalkan KTT G7 di Kanada satu hari lebih awal dan terbang kembali ke Washington sekitar tengah malam pada Senin (16/6). Dalam perjalanan, dia mengatakan kepada para jurnalis bahwa dia tidak sedang mencari gencatan senjata dalam perang Israel terhadap Iran, melainkan ingin melihat penyerahan total oleh Iran dan akhir yang nyata dari program nuklir Iran, dengan Teheran benar-benar menghentikan pengayaan uraniumnya secara total.
Editor: DAW
