Newestindonesia.co.id – Bayangkan anda memiliki teman yang awalnya tidak ahli dalam memahami materi di kelas. Ia kemudian meminta bantuanmu untuk menjelaskannya dengan cara yang lebih sederhana.
Begitu ia sudah mengerti inti-inti dari apa yang kamu sampaikan, Ia tidak hanya menjadi bangga karena kebolehannya, tapi juga yakin bahwa ia dapat memahami secara menyeluruh.
Pengalaman semacam ini sering membuat kita bertanya-tanya, mengapa seseorang bisa begitu percaya diri meski kemampuannya terbatas? Fenomena ini mengantarkan kita pada konsep yang menarik dalam psikologi, yakni efek Dunning-Kruger.
Dikutip dari kumparan.com, yang dimaksud dengan fenomena Dunning-Kruger adalah kondisi psikologis di mana individu dengan kemampuan terbatas dalam suatu bidang justru memiliki keyakinan yang berlebihan terhadap kompetensinya sendiri. Ironisnya, mereka tidak hanya salah dalam menilai diri sendiri, tetapi juga gagal mengenali keunggulan orang lain yang lebih ahli sehingga menimbulkan bias konfirmasi yang selalu butuh klaim atas talenta nya.
Fenomena ini pertama kali dijelaskan oleh dua psikolog dari Cornell University, David Dunning dan Justin Kruger, pada tahun 1999. Dalam penelitian yang mereka lakukan, sejumlah partisipan diminta menyelesaikan serangkaian tes yang meliputi logika, tata bahasa, dan humor. Hasil penelitian menunjukkan sesuatu yang mencengangkan.
Mereka yang memperoleh skor paling rendah justru memperkirakan kemampuannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kenyataan yang tercermin dari hasil tes. Karena kurangnya pengetahuan ini, mereka tidak memiliki dasar untuk mengevaluasi diri sendiri dengan benar, sehingga mereka meyakini bahwa mereka jauh lebih mampu daripada yang sebenarnya.
Menurut Rubin, A., & Froustis, E. (2023), Dalam kancah profesional, efek ini sekaligus dapat memengaruhi dinamika kerja, di mana manajer yang terlalu overconfident biasanya akan mengabaikan masukan tim, dan karena miskalkulasi dan miskomunikasi, berujung pada kegagalan proyek.
Di bidang kesehatan, misalnya, mahasiswa kedokteran dengan pengalaman minim sering kepedean, bahkan bisa berakibat pada kesalahan diagnosis atau perawatan karena kurangnya ilmu tertentu. Studi menunjukkan bahwa efek ini lazim di kalangan residen medis, di mana ketidaksadaran atas ketidakmampuan menghambat kemajuan profesional. Untuk mengurangi risiko, suatu organisasi harus menerapkan sistem evaluasi yang netral dari banyak pihak, mendorong budaya feedback yang terbuka, dan pelatihan rutin tentunya.
Sebagaimana dilansir dari kompas.com, Untuk menghindari efek Dunning-Kruger, kamu bisa memulai dengan mencari perspektif beragam dari sumber berbeda, sehingga dapat memperkaya pemahaman dan mengurangi kemungkinan keyakinan berlebih yang tak berdasar. Langkah selanjutnya yaitu mengenali keterbatasan diri sendiri, ada sesuatu yang kamu bisa namun orang lain bisa, begitupun sebaliknya.
Semua memiliki kelebihan, kecenderungan, dan keunikan masing-masing. Langkah berikutnya adalah terbuka pada kritik. Jika kamu sudah sadar apa yang sekiranya kurang, tidak perlu sungkan untuk meminta kritik dan saran dari orang lain, temanmu, dan kolegamu, selama kritik ini bisa membangun.
Langkah terakhir adalah bersikap realistis. Realistis dalam artian tidak hanya mengakui batasan kemampuan diri sendiri, tetapi juga memahami bahwa penguasaan suatu bidang membutuhkan dedikasi, pembelajaran berkelanjutan, dan kerendahan hati.
Penulis : Andika Pratama
