Newestindonesia.co.id, Pada tanggal istimewa, 8 Agustus 2025, Sam Altman, CEO OpenAI, memperkenalkan model terbaru mereka, GPT-5, yang diklaim sebagai terobosan AI paling cerdas, cepat, dan serbaguna hingga saat ini. Model ini dilengkapi dengan kemampuan pemikiran terintegrasi, menghadirkan kecerdasan setara pakar yang dapat diakses oleh siapa saja.
Altman mengungkapkan bahwa 32 bulan sebelumnya, saat ChatGPT pertama kali diluncurkan, platform ini berhasil menarik perhatian satu juta pengguna hanya dalam minggu pertama. Kini, jumlah pengguna aktif mingguan telah melonjak menjadi sekitar 700 juta orang yang memanfaatkannya untuk bekerja, belajar, berkreasi, hingga mencari saran. Menurut Altman, GPT-5 menandai langkah besar dalam evolusi Open AI menuju pencapaian Artificial General Intelligence (AGI)
“Dengan GPT-5, sekarang seperti berbicara dengan seorang ahli, seorang ahli tingkat PhD yang sah dalam bidang apa pun, area apa pun yang Anda butuhkan sesuai permintaan yang dapat membantu Anda dengan tujuan apa pun yang Anda miliki,” kutip Sam Altman.
Ia mengatakan jika kemampuan berpikir AI model ini setara dengan profesor yang mendalami segala bidang sekaligus. Hal ini dibuktikan dalam demonya, GPT-5 mendemonstrasikan kemampuannya mulai dari tugas ilmiah yang kompleks seperti memvisualisasikan fisika Bernoulli, tugas kreatif seperti menulis prosa emosional, hingga rekayasa perangkat lunak canggih seperti membuat aplikasi, dasbor finansial, dan bahkan sebuah game 3D. Semuanya hanya berbekal instruksi berbasis teks.
Sebagaimana yang dilansir dari detik.com, peningkatan yang diluar nalar ini cukup membawa masalah baru bagi para programmer karena digadang-gadang kemajuan tersebut akan menggantikan pekerjaan programmer yang sejak dengan kemunculan versi-versi sebelumnya saja sudah cukup membuat siklus dunia industri perkodingan cukup kelimpungan. Konsekuensi ini juga dapat dirasakan dalam dunia sains seperti yang dikutip dari kompas.com, bahwa Altman membandingkan pengembangan GPT-5 dengan Proyek Manhattan.
Dalam sebuah wawancara, ia bahkan mengucapkan sebuah kalimat yang sangat mendalam: “Ada saat-saat dalam sains ketika orang melihat apa yang telah mereka ciptakan dan bertanya, ‘Apa yang telah kita lakukan?'”
Proyek Manhattan, yang melahirkan bom atom, tentu ditandai sebagai momen penting yang selamanya mengubah arah sejarah manusia. Penemuan itu menghadirkan kekuatan luar biasa yang dapat mengakhiri perang, tetapi pada saat yang sama, juga membawa ancaman mengerikan yang bisa memusnahkan seluruh peradaban. Dengan menyamakan GPT-5 dengan proyek bersejarah tersebut, Altman secara tidak langsung menyiratkan bahwa mereka sedang bermain-main dengan sebuah kekuatan baru yang dampaknya, baik positif maupun negatif, bisa sama-sama masif.
Pengembangan AI tidak terjadi dalam ruang hampa, dengan arti, ia melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, yang semuanya harus bekerja sama untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan secara bertanggung jawab. Tanpa pengawasan yang memadai, GPT-5 dapat menjadi alat yang memperkuat bias, memperlebar kesenjangan digital, atau bahkan mengganggu stabilitas sosial.
Penulis : Andika Pratama
