Newestindonesia.co.id, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (Telkom) mencatat kinerja positif pada segmen Wholesale and International Business (WIB) selama 9 bulan pertama 2025, dengan pendapatan mencapai Rp14,2 triliun atau tumbuh 5,7% secara year-on-year (YoY).
Pertumbuhan ini terutama didorong oleh bisnis infrastruktur digital dan layanan suara wholesale internasional, yang menjadi pilar utama di tengah dinamika pasar telekomunikasi.
Wholesale adalah lini usaha yang menjual infrastruktur dan kapasitas jaringan Telkom kepada pelaku industri telekomunikasi maupun penyedia layanan digital lain, bukan langsung ke pengguna ritel. Intinya, Telkom bertindak sebagai “operator untuk operator” serta penyedia tulang punggung konektivitas.
Cakupan layanan Wholesale meliputi sewa jaringan serat optik, backhaul dan akses last-mile fiber lewat anak usaha PT Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF/“InfraNexia”), kapasitas internasional Telin (submarine cable, IP transit, CDN) hingga penyewaan menara, rooftop, dan fiber-to-the-tower lewat Mitratel dan colocation, cloud interconnect, serta edge-DC lewat NeutraDC, neuCentrIX.
Dilansir dari info memo melalui Bisnis.com, Minggu (2/11/2205) segmen WIB Telkom menunjukkan ketahanan dengan fokus pada skalabilitas dan daya saing. Salah satu inisiatif kunci adalah persiapan spin-off bisnis Wholesale Fiber Connectivity domestik ke anak usaha PT Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF), yang sejalan dengan transformasi Telkom menjadi perusahaan holding strategis.
“Spin-off ini diharapkan menciptakan nilai tambah bagi pemangku kepentingan melalui optimalisasi aset, peningkatan efisiensi operasional, dan peluang monetisasi infrastruktur melalui kemitraan strategis,” tulis manajemen Telkom.
TIF, yang mengusung merek “InfraNexia”, diposisikan sebagai penyedia fiber connectivity wholesale netral dengan jangkauan jaringan nasional yang andal, kualitas layanan unggul dan inovasi berkelanjutan. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dijadwalkan pada 12 Desember 2025 untuk mendapatkan persetujuan spin-off aset fiber, dengan memastikan kepatuhan regulasi, kesiapan operasional, dan kelangsungan bisnis.
Sementara itu Pada bisnis menara, anak usaha Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel), membukukan pendapatan Rp6,9 triliun atau tumbu 0,9% YoY.
Mitratel terus ekspansi bisnis Fiber-to-the-Tower, dengan pertumbuhan pendapatan bisnis serat optik mencapai 23,8% YoY, meningkatkan kontribusi terhadap total revenue dari 5% menjadi 6%. Bisnis penyewaan menara tetap menjadi andalan dengan kontribusi 83% terhadap total revenue, memperkuat portofolio produk Mitratel.
Editor: DAW



