Newestindonesia.co.id, Jamaah calon haji Indonesia diimbau menjaga stamina menjelang puncak haji dan mempersiapkan seluruh perlengkapan untuk ibadah semalam sebelumnya.
Sekretaris Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Arfi Hatim menyampaikan beberapa hal penting yang perlu disiapkan jamaah menjelang puncak Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
“Jaga stamina, istirahat yang cukup, dan konsumsi makanan sehat yang sudah tersedia,” ujar dia di Makkah, Arab Saudi, Sabtu, Seperti dikutip melalui Antara.
Jamaah sudah mulai diberangkatkan ke Arafah sejak 8 Zulhijah atau Rabu (4/5). Selain menjaga stamina dan beristirahat dengan cukup, jamaah juga diimbau menyiapkan perlengkapan semalam sebelumnya, seperti pakaian ihram, identitas diri (kartu nusuk), obat-obatan pribadi, masker, pelindung panas, buku doa, Al Quran, peralatan komunikasi, seperti ponsel lengkap dengan pengisi daya portabel.
“Ikuti arahan petugas kloter dan sektor, jangan panik, karena pemberangkatan dilakukan secara bertahap,” katanya.
Ia menyarankan jamaah membawa bekal air minum dan makanan ringan apabila diperlukan. Petugas haji juga dipastikan selalu mendampingi jamaah agar dapat menjalankan ibadah dengan khusyuk.
“Kami mengajak seluruh jamaah untuk menyambut puncak haji dengan penuh ketenangan dan keikhlasan. Semoga Allah memudahkan setiap ibadah kita, menerima semua amal, dan menjadikan kita haji yang mabrur,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Agama Nasaruddin Umar mengingatkan jamaah Indonesia agar fokus mempersiapkan diri menyambut puncak ibadah haji, yakni wukuf di Arafah.
“Kita selalu wanti-wanti, seluruh jamaah haji kali ini fokusnya kepada pelaksanaan haji. Jangan sampai kita mengejar sunah tapi gagal mendapatkan yang wajib,” ucap dia.
Ia menegaskan bahwa keberhasilan ibadah haji ditentukan oleh kesiapan jamaah, baik dari sisi pengetahuan maupun kondisi fisik, utamanya pemahaman yang benar terkait dengan syarat dan rukun haji.
Menurut dia, pelayanan jamaah tidak hanya menyangkut logistik, seperti konsumsi, transportasi, dan akomodasi, tetapi juga mencakup pembinaan ibadah yang mendalam.
“Boleh jadi makanan, hotel, dan kendaraan kita siapkan dengan baik, tetapi kalau rukunnya tidak dikerjakan atau syarat hajinya tidak terpenuhi, maka ibadahnya bisa tidak sah. Ini yang harus kita jaga,” katanya.
Editor: DAW
