Newestindonesia.co.id, Masa puber adalah fase yang wajar dilalui setiap remaja. Pada masa ini, rasa ingin tahu meningkat tajam. Banyak hal yang ingin dicoba—mulai dari gaya hidup, pergaulan, hingga hubungan pribadi. Namun, keinginan untuk bereksplorasi ini bisa menjadi bumerang jika tidak dibarengi dengan pengetahuan dan kesadaran tentang risiko, terutama terkait kesehatan seksual, Seperti dilansir RRI (17/6).
Melansir dari laman Kementerian Kesehatan, hingga Maret 2025 tercatat ada 2.700 remaja berusia 15–19 tahun di Indonesia yang hidup dengan HIV. Angka ini bukan hanya data, tetapi menjadi peringatan bahwa remaja adalah kelompok yang juga rentan terhadap infeksi HIV.
Sebagian besar dari mereka berasal dari kelompok berisiko, seperti:
1. Pekerja seks
2. Pengguna napza suntik
3. Transgender
4. Lelaki seks dengan lelaki (LSL)
Infeksi HIV pada remaja kerap terjadi karena minimnya informasi, tidak mengetahui cara pencegahan, dan kurangnya kesadaran bahwa perilaku mereka berisiko. Rasa ingin tahu adalah bagian alami dari tumbuh dewasa. Tapi, jangan sampai keinginan untuk mencoba hal baru justru membawa risiko yang bisa memengaruhi masa depan.
Di tengah meningkatnya angka remaja yang hidup dengan HIV, peran orang tua menjadi sangat penting dalam memberikan perlindungan, arahan, dan edukasi yang tepat. Remaja sering kali merasa canggung atau enggan membicarakan isu-isu sensitif seperti seksualitas dan kesehatan reproduksi. Di sinilah peran orang tua menjadi krusial.
Editor: DAW
