Newestindonesia.co.id, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memproyeksikan tingkat pengangguran Indonesia naik mencapai 5% pada 2025. Merespons hal itu, pemerintah justru mengklaim angka pengangguran telah mengalami penurunan.
IMF dalam laporan World Economic Outlook, April 2025; A Critical Juncture amid Policy Shifts mengungkapkan bahwa tingkat pengangguran Indonesia akan terus meningkat dari 4,9% pada 2024, menjadi 5,0% pada 2025, dan sebesar 5,1% pada 2026.
Dalam rentang yang sama, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan IMF meningkat masing-masing sebesar 5% pada 2024 dan sebesar 4,7% pada 2025 maupun 2026. Pemerintah sendiri menargetkan ekonomi Indonesia dapat tumbuh sampai dengan 5,2% pada 2025 dan 5,8% pada 2026.
Istana melalui Kepala Kantor Komunikasi Presiden (Presidential Communication Office/PCO) Hasan Nasbi merespons proyeksi itu dengan data realisasi yang tertuang dalam Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Dia bilang, ini merupakan survei resmi Badan Pusat Statistik (BPS) untuk mengetahui tingkat pengangguran.
Merujuk data Sakernas BPS itu, Hasan menerangkan bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPP) turun dari 4,82% pada Februari 2024 menjadi 4,76% pada 2025. “Artinya angka pengangguran orang-orang yang benar-benar nganggur itu turun,” ujar Hasan di Kantor PCO, Jakarta, Selasa (3/6/2025), seperti dikutip melalui Investor.id.
Hasan menambahkan, data Sakernas BPS juga menunjukkan bahwa angka setengah pengangguran turun dari 8,5% menjadi 8% dalam satu tahun terakhir. Kemudian, angka pekerja penuh waktu (fulltime) naik dari 65,6% menjadi 66,2%.
“Jadi ada indikator-indikator yang menunjukkan bahwa memang terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK), tapi penciptaan lapangan kerja baru juga terjadi dan itu lebih banyak,” tutur Hasan.
Lebih lanjut, Hasan menyatakan bahwa angka pengangguran absolute mengalami penambahan sekitar 83.000 orang. Namun, angka tersebut bukan hanya muncul karena PHK, melainkan disebabkan juga karena adanya angkatan kerja baru yang baru selesai menempuh pendidikan.
Dia menyatakan bahwa proyeksi dari IMF merupakan masukan sangat penting bagi pemerintah untuk mempersiapkan langkah mengatasi persoalan pengangguran dan menjaga pertumbuhan ekonomi.
Meski begitu, Hasan meyakini bahwa berbagai indikator masih menunjukkan kondisi ekonomi Indonesia yang positif di tengah dinamika global. Pemerintah juga akan terus menelurkan kebijakan-kebijakan yang mendorong stimulus ekonomi sehingga perekonomian akan tetap stabil.
“Kita masih tumbuh hampir 5%. Sementara negara-negara lain mungkin hanya 1-2% atau bahkan masih minus. Jadi kita punya amunisi lebih dari cukup untuk tetap optimis. Belum bisa puas kita tentu, tapi kita punya amunisi yang lebih dari cukup untuk tetap optimis sebagai sebuah bangsa,” tegas Hasan.
Editor: DAW
