Newestindonesia.co.id, Jumlah korban tewas akibat kebakaran besar yang melanda beberapa apartemen di Hong Kong telah meningkat menjadi 44 orang, dengan 45 orang dalam kondisi kritis dan ratusan lainnya dilaporkan hilang.
Dilansir melalui laporan The Guardian, Sebuah satuan tugas telah dibentuk untuk menyelidiki penyebab kebakaran yang terjadi pada Rabu sore (26/11) di apartemen Wang Fuk Court di Tai Po, di Teritori Baru bagian utara. Kompleks ini terdiri dari delapan apartemen setinggi 31 lantai yang berisi sekitar 2.000 unit apartemen, yang menampung sekitar 4.800 orang.
Pihak berwenang mengatakan pada Kamis pagi bahwa tiga pria berusia antara 52 dan 68 tahun telah ditangkap karena dicurigai melakukan pembunuhan terkait dengan kebakaran tersebut.
Pemimpin kota, John Lee, mengatakan pada Kamis pagi bahwa kebakaran tersebut “berhasil dikendalikan”.
Pihak berwenang menyatakan insiden tersebut sebagai kebakaran dengan lima alarm, tingkat darurat tertinggi, dan setidaknya 128 mobil pemadam kebakaran dan hampir 800 petugas pemadam kebakaran dikerahkan ke lokasi kejadian. Jalan-jalan, termasuk jalan raya utama di dekat apartemen, telah ditutup.
“Prioritas utama adalah memadamkan api dan menyelamatkan warga yang terjebak,” kata Lee. “Yang kedua adalah memberikan dukungan kepada korban luka. Yang ketiga adalah memberikan dukungan dan pemulihan. Setelah itu, kami akan melakukan investigasi menyeluruh.”
Tak lama setelah kebakaran terjadi, Derek Armstrong Chan, wakil direktur operasi pemadam kebakaran Hong Kong, mengatakan: “Suhu di dalam gedung sangat tinggi. Sulit bagi kami untuk memasuki gedung dan naik ke atas untuk melakukan operasi pemadaman kebakaran dan penyelamatan.”
Setidaknya satu petugas pemadam kebakaran, bernama Ho Wai-ho, 37 tahun, termasuk di antara korban tewas.
Rekaman video dari lokasi kejadian menunjukkan api menyebar di seluruh apartemen dan terlihat di setiap lantai, membumbung keluar jendela.
Puluhan warga terkejut, banyak yang menangis, menyaksikan dari trotoar di dekatnya saat asap mengepul dari kompleks tersebut.
“Tidak ada yang bisa dilakukan terkait properti ini. Kami hanya bisa berharap semua orang, tua maupun muda, dapat kembali dengan selamat,” ujar seorang warga Tai Po yang menyebut nama belakangnya So kepada Agence France-Presse di dekat lokasi kebakaran. “Ini sangat memilukan. Kami khawatir ada orang yang terjebak di dalamnya.”
Harry Cheung, 66, yang telah tinggal di Blok 2 di salah satu kompleks tersebut selama lebih dari 40 tahun, mengatakan ia mendengar suara keras sekitar pukul 14.45 (06.45 waktu Inggris) dan melihat api berkobar di blok terdekat. “Saya langsung kembali untuk mengemasi barang-barang saya,” ujarnya kepada Reuters. “Saya bahkan tidak tahu bagaimana perasaan saya saat ini. Saya hanya memikirkan di mana saya akan tidur malam ini karena saya mungkin tidak akan bisa pulang.”
Seorang warga yang bermarga Wong, 71 tahun, menangis tersedu-sedu dan mengatakan istrinya terjebak di dalam salah satu bangunan.
Apartemen Wang Fuk Court termasuk yang tertinggi di Tai Po, yang, seperti sebagian besar wilayah Hong Kong, merupakan salah satu wilayah terpadat di dunia. Banyak penghuninya adalah lansia, menurut data sensus tahun 2021 yang dilaporkan oleh CNN.
Pemerintah Hong Kong mengatakan semua departemen berkoordinasi untuk membantu upaya tanggap dan warga yang terkena dampak.
Pemimpin Tiongkok, Xi Jinping, menyampaikan belasungkawa kepada para korban, kata lembaga penyiaran pemerintah Tiongkok pada Rabu malam (26/11).
Para pejabat dilaporkan mengatakan kebakaran dimulai di beberapa perancah bambu dan jaring eksternal yang membungkus menara sebelum menyebar ke dalamnya, tetapi penyebab pastinya tidak diketahui.
Standar bangunan di Hong Kong relatif tinggi dan jauh lebih baik dalam beberapa dekade terakhir, tetapi Asosiasi Hak-Hak Korban Kecelakaan Industri, sebuah kelompok advokasi lokal, menyatakan keprihatinan mendalam tentang kebakaran yang terkait dengan perancah, dan mencatat insiden serupa pada bulan April, Mei, dan Oktober.
Harga properti yang tinggi di Hong Kong telah lama menjadi sumber ketidakpuasan sosial di kota tersebut dan kebakaran tersebut dapat memicu kebencian terhadap pihak berwenang menjelang pemilihan legislatif di seluruh kota pada awal Desember.
Perancah bambu merupakan pemandangan umum di lokasi konstruksi dan renovasi Hong Kong, meskipun pemerintah mengatakan bahwa perancah tersebut dihilangkan secara bertahap karena alasan keamanan.
Pihak berwenang di distrik Tai Po telah membuka tempat penampungan di gedung-gedung komunitas setempat, setidaknya satu di antaranya, menurut laporan media lokal, telah penuh pada Rabu malam (26/11), dan polisi telah menyiapkan saluran telepon darurat untuk korban .
Beberapa forum dan acara kampanye terkait pemilu 7 Desember yang telah dijadwalkan untuk beberapa hari mendatang telah dibatalkan.
Kebakaran ini merupakan yang paling mematikan di Hong Kong dalam beberapa tahun terakhir. Pada bulan November 1996, 41 orang tewas di sebuah gedung komersial di Kowloon dalam kebakaran tingkat lima yang berlangsung sekitar 20 jam.
Editor: DAW
