Newestindonesia.co.id, Kamboja telah menutup perbatasan dengan Thailand, karena pertempuran terus berlanjut antara kedua pasukan pada hari Sabtu meskipun Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengatakan mereka telah menyetujui gencatan senjata.
Dilansir melalui BBC International (14/12), Menurut Kementerian Dalam Negeri Kamboja, perlintasan tersebut akan ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Sebelumnya, Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul mengatakan bahwa ia telah memberitahu Trump bahwa gencatan senjata hanya akan mungkin terjadi setelah Kamboja menarik semua pasukannya dan membersihkan ranjau darat.
Para pejabat Thailand mengatakan empat tentara tewas pada hari Sabtu, sementara kedua pihak melaporkan terus berlanjutnya pemboman dan baku tembak artileri. Kamboja belum memperbarui angka korban militernya.
Kementerian pertahanan Kamboja mengatakan bahwa jet tempur Thailand membom gedung-gedung hotel dan sebuah jembatan, sementara Thailand melaporkan beberapa warga sipil terluka dalam serangan roket Kamboja.
Empat kematian pada hari Sabtu menambah jumlah korban jiwa militer Thailand sejak Senin menjadi 15 orang, dengan 270 lainnya terluka. Ditambahkan bahwa enam warga sipil juga terluka.
Pada hari Jumat, Kamboja mengatakan setidaknya 11 warga sipil telah tewas dan 59 lainnya terluka.
Setidaknya 700.000 orang telah dievakuasi di kedua sisi perbatasan.
Trump sebelumnya mengklaim pada awal pekan ini bahwa dia bisa menghentikan pertempuran antara pasukan Thailand dan Kamboja yang meletus pada hari Senin hanya dengan mengangkat telepon.
Setelah berbicara dengan kedua perdana menteri pada Jumat malam, ia menulis di media sosial bahwa kedua negara telah sepakat untuk “menghentikan penembakan mulai malam ini” dan kembali ke kesepakatan yang mereka tandatangani di hadapan presiden AS pada bulan Oktober.
“Kedua negara siap untuk perdamaian,” tulisnya.
Namun dalam komentar mereka setelah berbicara dengan presiden AS, kedua pihak tidak menyebutkan gencatan senjata yang akan segera terjadi.
Anutin mengatakan bahwa ia memberi tahu Trump bahwa Thailand bukanlah pihak agresor, dan Kamboja harus menunjukkan bahwa mereka telah menarik pasukannya dan membersihkan ranjau darat dari perbatasan sebelum gencatan senjata dimungkinkan. “Mereka harus menunjukkannya kepada kami terlebih dahulu,” katanya.
Para pemimpin Kamboja mengatakan mereka harus terus berjuang untuk melindungi kedaulatan negara mereka.
Tidak ada penyebutan tentang penggunaan tarif sebagai alat tawar-menawar untuk memaksa kedua pihak untuk menghentikan konflik, seperti yang terjadi pada bulan Juli.
Thailand telah memperingatkan AS agar tidak mengaitkan konflik tersebut dengan perdagangan.
Pada hari Sabtu, Kamboja melaporkan bahwa negara itu telah menjadi sasaran serangan udara Thailand lagi.
“Pada 13 Desember 2025, militer Thailand menggunakan dua jet tempur F-16 untuk menjatuhkan tujuh bom” ke sejumlah target, kata kementerian pertahanan Kamboja dalam sebuah unggahan di X.
“Pesawat militer Thailand belum berhenti melakukan pengeboman,” demikian pernyataan tersebut.
Militer Thailand juga mengkonfirmasi bahwa pertempuran masih berlanjut.
Sengketa perbatasan yang telah berlangsung lama meningkat pada tanggal 24 Juli, ketika Kamboja melancarkan serangan roket ke Thailand, yang kemudian dibalas dengan serangan udara.
Kedua negara saling menuduh sebagai pihak yang memulai serangan tersebut.
Setelah pertempuran sengit berhari-hari yang menewaskan puluhan orang, negara-negara tetangga di Asia Tenggara tersebut sepakat untuk melakukan “gencatan senjata segera dan tanpa syarat” yang dimediasi oleh Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Hal ini diresmikan dalam sebuah upacara di Malaysia pada bulan Oktober yang dipimpin oleh presiden AS.
Namun, kedua belah pihak terus saling tuding melanggar gencatan senjata, dengan Thailand mempublikasikan bukti bahwa pasukan Kamboja telah memasang ranjau darat, yang menyebabkan tujuh tentara Thailand kehilangan anggota tubuhnya. Kamboja mengatakan ranjau tersebut merupakan sisa dari perang saudara pada tahun 1980-an. Sejak saat itu, ketegangan terus meningkat.
Pekan ini, Thailand melancarkan serangan udara di dalam wilayah Kamboja setelah dua tentaranya terluka dalam bentrokan Minggu lalu. Kamboja membalas dengan serangan roket. Pertempuran tersebut memengaruhi enam provinsi di timur laut Thailand dan enam provinsi di utara dan barat laut Kamboja.
Kedua negara telah bersengketa mengenai perbatasan darat sepanjang 800 km selama lebih dari satu abad. Perbatasan tersebut digambar oleh ahli kartografi Prancis pada tahun 1907, ketika Prancis menjadi penguasa kolonial di Kamboja.
Editor: DAW



