Newestindonesia.co.id, Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) melarang Universitas Harvard untuk menerima mahasiswa asing dengan mencabut sertifikasi Student and Exchange Visitor Program (SEVP).
Meski keputusan tersebut tengah diumumkan oleh pemerintah setempat, mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Harvard masih menunggu perkembangan lebih lanjut terkait kebijakan tersebut.
Presiden Perhimpunan Mahasiswa Indonesia Amerika Serikat (Permias) Felice Nathania Pudya juga menegaskan, saat ini semua mahasiswa Indonesia di Harvard University masih memilih status yang valid sebagai mahasiswa.
“Semua mahasiswa saat ini masih memiliki status yang valid,” kata Felice kepada Kompas.com, Minggu (25/5/2025) malam.
Pihak Permias, kata Felice, juga masih terus berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Washington DC dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) New York terkait masalah ini.
Ia pun berharap masalah antara Harvard dan Pemerintahan Presiden Trump bisa menemukan titik terang dan mahasiswa asing tidak akan mengganggu proses belajarnya.
“Kurang lebih semua murid masih menunggu dan melihat situasi, sambil berharap yang terbaik. Harapan khususnya adalah berpihak kepada siswa agar tepat bisa sekolah,” jelas Felice.
Dampak pada Indonesia
Dilansir melalui Kompas, Sementara itu, mantan Staf Khusus bidang Inovasi Pendidikan dan Daerah Terluar Presiden ke-7 Joko Widodo Billy Mambrasar menilai, larangan Universitas Harvard menerima mahasiswa asing dinilai akan berdampak bagi mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di sana.
Dampak pertama, kata Billy, adalah pelajar dari Indonesia tidak bisa lagi belajar di Harvard University yang merupakan salah satu kampus terbaik di dunia. Ia pun khawatir jika nantinya kebijakan Trump ini akan diterapkan ke universitas terbaik lainnya di Amerika Serikat.
“Dan kalau merembet, kita punya ribuan mahasiswa di sana loh, jangan salah. Bagaimana nasib mereka nantinya? Padahal kita enggak ada sama proxy war Amerika dan Cina kan?,” kata Billy kepada Kompas.com, Minggu (25/5/2025).
Sementara itu, dampak kedua yang akan dirasakan Indonesia adalah tidak bisa ikut atau membuat riset-riset kelas dunia yang ada di Harvad.
“Dampaknya nanti adalah terhadap perkembangan, khususnya bagi Indonesia, perkembangan teknologi dan inovasi kita,” ujarnya.
Billy mengatakan, Harvard adalah salah satu kampus terbaik di dunia, di sana banyak dilakukan penelitian-penelitian yang berguna bagi negara. Sehingga, jika mahasiswa tidak bisa masuk ke Harvard akan sulit mencapai asta cita yang ingin dicapai Presiden Prabowo Subianto.
“Ini tidak akan tercapai karena kita tidak bisa masuk ke universitas terkemuka dunia yang memiliki penelitiannya di sana. Dan kita pengen membawa pulang penelitian tersebut ke Indonesia untuk kita kembangkan,” ungkapnya.
Selain itu, Billy juga menyarankan pemerintah untuk segera membentuk tim lobi untuk mengatasi kebijakan baru ini.
“Kemendikti, harus sigap sama seperti tim kemarin, tim Kemenkoperekonomi yang akan langsung membuat gugus tugas untuk lobi,” ucapnya.
Billy juga menekankan agar pemerintah tidak terlalu menganggap remeh masalah larangan Trump terhadap Harvard.
Sebab, menurut Billy, melihat alasan Trump melarang Harvard sangat terbuka peluang Trump akan menerapkan hal yang sama di kampus top lain di AS. Sementara jika Indonesia ingin berkembang melalui jalur penelitian maka, lanjut Billy, perlu sekali untuk memasukkan sumber daya manusia terbaik ke kampus top di AS.
Billy menyarankan pemerintah untuk segera melakukan lobi pada pemerintah AS agar masalah ini tidak berdampak pada Indonesia.
Alasan Trump larang Harvard terima mahasiswa asing
Mengenai kebijakan larangan Harvad menerima pelajar asing oleh Presiden Trump diumumkan oleh Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kristi Noem, pada Kamis (22/5/2025).
Noem menegaskan bahwa penerimaan mahasiswa asing adalah hak istimewa yang diberikan pemerintah dan bukan hak murni universitas.
“Merupakan hak istimewa, bukan hak, bagi universitas untuk menerima mahasiswa asing dan mendapatkan keuntungan dari pembayaran biaya kuliah yang lebih tinggi untuk membantu menambah dana abadi mereka yang bernilai miliaran dolar,” kata Noem, dikutip dari Kompas.com, Senin (23/5/2025).
Selain itu, Trump juga mengungkap alasan pribadinya melarang Harvad menerima mahasiswa asing. Trump mengatakan sebenarnya tidak ada masalah jika Harvard menerima mahasiswa asing.
Namun ia ingin jumlah mahasiswa asing di sana tidak lebih dari 31 persen dan tetap mengutamakan warga Amerika Serikat yang ingin berkuliah di Harvard. Lagi pula, lanjut Trump pemerintahannya adalah salah satu penyumbang terbesar di Harvard sehingga seharusnya warga Amerika Serikat selalu mendapat tempat kuliah di Harvard.
“Saya tidak mempermasalahkan pelajar asing. Tetapi jumlahnya tidak boleh 31 persen. Jumlahnya terlalu banyak karena banyak warga Amerika yang ingin pergi ke sana (Harvard),” kata Trump dikutip dari YouTube Kompas.com, Selasa (27/5/2025).
Editor: DAW
