Newestindonesia.co.id, Kata skeptis berasal dari bahasa Yunani skeptikos yang berarti “ragu-ragu” atau “memeriksa secara kritis”.
Dalam bahasa Indonesia, skeptis berarti sikap meragukan atau tidak mudah percaya terhadap sesuatu sebelum mendapatkan bukti yang jelas atau logis.
Sikap skeptis ini tidak selalu negatif. Justru, dalam konteks tertentu, skeptisisme bisa menjadi bentuk kewaspadaan, terutama di era informasi digital saat ini di mana hoaks dan manipulasi data mudah tersebar.
Kenapa Kata “Skeptis” Populer di Kalangan Gen Z?
Generasi Z (Gen Z), yang lahir antara tahun 1997–2012, tumbuh dalam dunia yang sangat terkoneksi dengan teknologi dan informasi. Mereka terbiasa mendapatkan banyak informasi dari media sosial, forum online, dan platform digital lainnya. Karena itu, mereka sering merasa perlu untuk memfilter, memverifikasi, dan mempertanyakan kebenaran suatu informasi.
Inilah alasan mengapa kata “skeptis” sering dilontarkan Gen Z. Mereka tidak mudah percaya begitu saja terhadap pernyataan, tren, atau bahkan otoritas tanpa analisis dan data yang masuk akal.
Contoh Penggunaan Kata Skeptis
Berikut beberapa contoh penggunaan kata skeptis dalam kehidupan sehari-hari:
- “Aku skeptis sama influencer yang tiba-tiba jualan skincare, padahal dulu nggak pernah bahas soal itu.”
- “Dia skeptis sama berita itu karena nggak ada sumber resminya.”
- “Wajar sih kalau kita skeptis, soalnya janji-janji kayak gitu sering PHP.”
Perbedaan Skeptis dan Sinis
Perlu dibedakan antara skeptis dan sinis. Skeptis bersifat mempertanyakan dengan logika dan alasan, sementara sinis cenderung mencemooh dan tidak percaya karena prasangka buruk. Sikap skeptis bisa membantu Gen Z mengambil keputusan lebih bijak, sedangkan sinisme bisa menutup diri dari kemungkinan yang positif.
Kesimpulan
Kata skeptis mencerminkan sikap kritis dan kehati-hatian, terutama dalam menyaring informasi di era digital. Tidak heran jika kata ini semakin populer di kalangan Gen Z yang melek teknologi dan penuh kesadaran terhadap isu-isu sosial dan budaya. Dalam batas yang sehat, bersikap skeptis bisa menjadi kekuatan dalam menghadapi dunia yang kompleks dan cepat berubah.
Sumber: Berbagai sumber, Editor: DAW
