Newestindonesia.co.id, Setiap pasangan yang sedang merencanakan kehamilan kerap kali memiliki harapan tersendiri tentang jenis kelamin anak yang diinginkan.
Tidak sedikit yang bertanya-tanya, apakah gaya hubungan seksual bisa memengaruhi jenis kelamin bayi? Pertanyaan ini telah menjadi topik perbincangan hangat, baik di kalangan masyarakat umum maupun dalam dunia medis. Namun, sejauh mana validitas klaim ini dari sudut pandang ilmiah?
Teori Populer: Gaya dan Posisi Berhubungan
Salah satu teori yang sering dikaitkan dengan pemilihan jenis kelamin bayi adalah teori Shettles. Menurut teori ini, sperma dengan kromosom Y (yang akan menghasilkan anak laki-laki) lebih cepat namun lebih lemah dibandingkan sperma dengan kromosom X (yang akan menghasilkan anak perempuan). Maka dari itu, beberapa posisi seksual dipercaya dapat memengaruhi kemungkinan sperma tertentu mencapai sel telur terlebih dahulu.
Posisi penetrasi dalam seperti doggy style atau posisi misionaris dengan modifikasi yang lebih dalam, diyakini memberi keuntungan bagi sperma Y karena dapat langsung mencapai area serviks. Sebaliknya, penetrasi dangkal dipercaya lebih mendukung sperma X karena jalur menuju sel telur menjadi lebih lambat, memberikan keunggulan bagi sperma yang lebih kuat dan tahan lama.
Waktu Berhubungan dan Masa Subur
Selain posisi atau gaya, waktu berhubungan seksual juga disebut-sebut berpengaruh. Jika berhubungan dilakukan lebih dekat dengan hari ovulasi, kemungkinan untuk mendapat anak laki-laki lebih besar karena sperma Y dapat langsung membuahi sel telur. Sedangkan bila berhubungan beberapa hari sebelum ovulasi, kemungkinan anak perempuan dianggap lebih besar karena sperma X bertahan lebih lama di dalam rahim.
Fakta Ilmiah: Apakah Benar Bisa Diatur?
Secara ilmiah, jenis kelamin anak ditentukan sepenuhnya oleh kromosom dari sperma pria, yaitu X untuk perempuan dan Y untuk laki-laki. Sel telur wanita hanya membawa kromosom X. Jadi, hasil pembuahan antara sperma dan sel telur akan menentukan jenis kelamin.
Hingga saat ini, tidak ada bukti ilmiah yang kuat bahwa gaya atau posisi hubungan seksual secara langsung memengaruhi jenis kelamin anak. Studi yang ada sebagian besar bersifat observasional dan belum cukup kuat untuk dijadikan pedoman medis.
Faktor Lain yang Dianggap Berpengaruh
Selain gaya dan waktu berhubungan, beberapa faktor lain yang dipercaya berpengaruh terhadap jenis kelamin anak antara lain:
- Kondisi pH vagina: pH yang lebih basa diklaim mendukung sperma Y, sedangkan pH asam mendukung sperma X.
- Kualitas sperma: jumlah dan mobilitas sperma juga dapat memainkan peran dalam keberhasilan membuahi sel telur.
- Pola makan: ada yang menyebut bahwa diet tinggi natrium dan kalium (garam) bisa meningkatkan peluang mendapat anak laki-laki, sedangkan kalsium dan magnesium untuk anak perempuan.
Namun, semua hal ini belum terbukti secara ilmiah dan medis secara mutlak.
Kesimpulan: Fokus pada Kesehatan, Bukan Jenis Kelamin
Meskipun berbagai teori tentang gaya hubungan seksual dan pengaruhnya terhadap jenis kelamin anak banyak beredar, belum ada bukti medis yang meyakinkan bahwa hal tersebut benar-benar efektif.
Jika Anda sedang merencanakan kehamilan, hal terpenting adalah menjaga kesehatan pasangan, memastikan gaya hidup yang seimbang, dan melakukan konsultasi dengan dokter kandungan.
Jika Anda memiliki preferensi khusus mengenai jenis kelamin anak, beberapa metode medis seperti preimplantation genetic diagnosis (PGD) dalam program bayi tabung bisa menjadi solusi, namun tentu dengan biaya dan pertimbangan etika tertentu.
Sumber: Berbagai sumber, Editor: DAW
Catatan: Artikel ini hanya ditujukan sebagai edukasi kepada pembaca berumur 21+
