Newestindonesia.co.id, Pernikahan seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi dua orang untuk saling mencintai, mendukung, dan tumbuh bersama. Namun, tidak semua pernikahan berjalan harmonis.
Ada kalanya hubungan suami dan istri berubah menjadi hubungan yang tidak sehat atau disebut toxic relationship. Hubungan toxic bisa sangat merusak secara mental, emosional, bahkan fisik, dan jika tidak ditangani, bisa berujung pada kehancuran rumah tangga.
Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah dalam pernikahan wajib melakukan hubungan seks secara rutin? Artikel ini akan membahas ciri-ciri hubungan toxic setelah menikah serta penjelasan mengenai pentingnya hubungan seksual dalam rumah tangga.
Apa Itu Hubungan Toxic?
Hubungan toxic adalah hubungan yang lebih banyak menimbulkan stres, kecemasan, rasa takut, atau tekanan emosional daripada kebahagiaan dan ketenangan.
Dalam konteks pernikahan, hubungan toxic sering kali tidak langsung terlihat di awal, namun perlahan-lahan berkembang karena pola komunikasi yang buruk, egoisme, atau kurangnya empati.
Ciri-Ciri Hubungan Toxic Setelah Menikah
Berikut adalah beberapa tanda umum hubungan toxic dalam pernikahan:
1. Kontrol Berlebihan
Salah satu pasangan terlalu mendominasi dan ingin mengontrol setiap aspek kehidupan pasangannya—mulai dari keputusan keuangan, pertemanan, bahkan cara berpakaian.
2. Kurangnya Komunikasi Sehat
Pasangan tidak bisa berbicara jujur atau terbuka satu sama lain. Setiap percakapan berubah menjadi pertengkaran atau saling menyalahkan.
3. Manipulasi Emosional
Pasangan sering menggunakan rasa bersalah, ancaman, atau emosi untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Ini bisa membuat salah satu pihak merasa selalu “salah”.
4. Tidak Ada Dukungan Emosional
Saat salah satu pasangan menghadapi kesulitan, pasangannya tidak menunjukkan empati atau dukungan, melainkan bersikap dingin atau tidak peduli.
5. Kekerasan Verbal atau Fisik
Ciri paling nyata dari hubungan toxic adalah adanya kekerasan, baik secara verbal seperti merendahkan atau menghina, maupun kekerasan fisik.
6. Merasa Tidak Bahagia dan Terjebak
Jika perasaan bahagia mulai hilang dan Anda merasa terjebak dalam hubungan tanpa harapan membaik, itu bisa jadi tanda bahwa hubungan Anda tidak sehat.
Apakah Harus Rutin Melakukan Hubungan Seks dalam Pernikahan?
Hubungan seks adalah salah satu elemen penting dalam pernikahan, namun intensitas dan frekuensinya bisa berbeda-beda tergantung pasangan. Berikut beberapa hal yang perlu dipahami:
1. Seks Bukan Kewajiban Mutlak, Tapi Kebutuhan Bersama
Dalam Islam dan banyak budaya lain, hubungan seksual dipandang sebagai bagian dari ibadah dan hak suami istri. Namun, yang lebih penting adalah kesepakatan dan kenyamanan bersama. Seks seharusnya tidak dipaksakan jika salah satu pihak merasa tidak siap secara fisik atau emosional.
2. Komunikasi Adalah Kunci
Jika frekuensi hubungan seksual menjadi isu dalam pernikahan, bicarakan secara terbuka dengan pasangan. Cari tahu penyebabnya—apakah karena stres, lelah, trauma, atau masalah lainnya.
3. Hubungan Seks yang Sehat Menunjukkan Hubungan yang Seimbang
Hubungan intim yang sehat mencerminkan kedekatan emosional dan kepercayaan. Jika hubungan seksual jarang terjadi atau dilakukan tanpa keintiman, bisa jadi ini juga sinyal bahwa hubungan Anda sedang tidak baik-baik saja.
4. Jangan Gunakan Seks sebagai Alat Kontrol
Dalam hubungan toxic, seks kadang digunakan sebagai senjata—baik sebagai hukuman dengan menolak pasangan, atau sebagai alat untuk mendapatkan sesuatu. Ini adalah tanda manipulasi dan harus dihindari.
Kesimpulan
Penting untuk mengenali tanda-tanda hubungan toxic sejak dini agar dapat mengambil langkah perbaikan. Jika hubungan sudah tidak sehat dan komunikasi sulit dilakukan, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional seperti konselor pernikahan atau terapis. Mengenai hubungan seks, yang paling utama adalah saling pengertian dan kesepakatan. Seks yang sehat bukan tentang seberapa sering, tapi tentang bagaimana keduanya merasa dihargai, dicintai, dan terhubung secara emosional.
Ingatlah, pernikahan yang sehat dibangun di atas cinta, kepercayaan, dan komunikasi. Jangan ragu untuk memperjuangkannya, tapi juga jangan ragu untuk melindungi diri jika hubungan berubah menjadi racun yang merugikan kehidupan Anda.
Sumber: Berbagai sumber, editor: DAW
Catatan: Artikel ini hanya ditujukan sebagai edukasi kepada pembaca berumur 21+
