Newestindonesia.co.id, Pernahkah kamu pernah atau belakangan ini merasa segala aktivitas baik yang awalnya kita merasa begitu excited perlahan mulai terasa pudar dan berubah menjadi lubang kebosanan.
Lebih memuakkannya lagi adalah siklus kebosanan ini terus berulang tiada ujung hingga pada titik tertentu kamu mulai meragukan alasanmu untuk terus bisa menjalani aktivitas normal. Mengawali hari dengan murung, rebahan, scrolling sosial media yang tiada batasannya, interaksi dengan teman dan keluarga menjadi semakin kosong, bukan canggung, tapi kosong belaka. Mengapa ini terjadi?
Dilansir dari suara.com, Menurut psikolog ilmuwan John Eastwood dari York University, Kanada, kebosanan didefinisikan sebagai “suatu kondisi keengganan untuk menginginkan, tetapi tidak mampu, untuk terlibat dalam aktivitas yang memuaskan.” Definisi ini secara efektif menangkap paradoks dari kebosanan, yaitu keinginan untuk melakukan sesuatu yang bermakna tetapi terhalang oleh suatu hambatan psikologis.
Fenomena mengganggu ini, menurutnya, berakar dari kegagalan pada salah satu jaringan perhatian (attention networks) di otak, menunjukkan bahwa kebosanan pada dasarnya adalah masalah neurokognitif, di mana mekanisme fokus kita gagal untuk “mengaitkan” kita pada dunia luar dengan cara yang memuaskan. Ini seperti mesin internal yang macet, membuat kita terdampar dalam kondisi mental yang stagnan.
Menurut artikel dari choosingtherapy.com, kebosanan ini disebabkan oleh banyak faktor seperti kurangnya variasi aktifitas dalam rutinitas keseharian kita. Ketika aktivitas sehari-hari menjadi repetitif, baik itu dalam pekerjaan maupun kebiasaan pribadi, seseorang bisa kehilangan gairah dan akhirnya mengalami kelelahan mental atau kejenuhan yang mendalam.
Rasa hampa juga bisa berakar dari keterasingan dengan diri sendiri dan lingkungan sosial yang tidak mendukung. Apabila seseorang menjalani hidup yang tidak sejalan dengan nilai-nilai atau prinsip yang diyakininya, maka akan muncul perasaan ketidakpuasan dan kehampaan yang sulit dijelaskan.
Gaya hidup serba digital yang sangat bergantung pada teknologi turut memberikan dampak signifikan terhadap kemampuan kita untuk menikmati momen. Paparan informasi dan hiburan tanpa henti dari gawai membuat otak kita terbiasa dengan stimulasi tingkat tinggi dan dopamin yang berlebih.
Lalu bagaimana cara mengatasinya?. Mengatasi kebosanan dalam hidup sering kali dimulai dengan mengambil langkah-langkah proaktif untuk menyuntikkan kembali makna dan kegembiraan ke dalam rutinitas harian.
Ini bisa dengan menetapkan tujuan yang jelas, baik dalam karier maupun kehidupan pribadi, dapat memberikan arah dan rasa pencapaian yang membangkitkan kembali semangat. Proses bekerja menuju target ini secara alami akan menantang diri sendiri dan memecah monoton.
Selain itu, mengeksplorasi hobi baru atau mengaktifkan kembali minat lama yang sempat terlupakan merupakan cara yang sangat efektif untuk menambah variasi, misalnya dengan bergabung dalam kelas seni, olahraga tim, atau aktivitas kreatif lainnya. Menggerakkan tubuh melalui olahraga juga terbukti dapat meningkatkan suasana hati secara signifikan karena pelepasan endorfin yang memberikan perasaan bahagia dan berenergi.
Penulis : Andika Pratama
