Newestindonesia.co.id, Kasus infeksi menular seksual (IMS) dalam tiga tahun terakhir meningkat signifikan di kelompok gen Z. Data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan dari sekitar 2 ribu kasus pada 2022, menjadi 4 ribuan kasus periode 2024.
Dilansir detikHealth, Pakar seks dr Boyke Dian Nugraha mengaku tidak heran dengan laporan tersebut. Bahkan, menurutnya angka yang terjadi di lapangan bisa lebih besar ketimbang data resmi.
dr Boyke menyinggung peran kemajuan teknologi, utamanya saat anak mengakses banyak informasi melalui handphone. Kata dia, semakin banyak anak muda yang mengalami pubertas lebih awal.
“Sekarang banyak yang pubertasnya sangat maju. Dari yang tadinya kayak jaman saya itu baru 14 tahun, sekarang tuh 9-10 tahun sudah pada puber,” katanya saat dihubungi detikcom Selasa (24/6/2025).
“Dan karena mereka pertama makin awal pubertasnya. Itu kan gairah seksnya juga meningkat. Dalam kondisi itu, dia juga tidak diberikan pendidikan seks oleh orang tuanya, belum lagi pendidikan agama yang sekarang juga semakin jarang pendekatan ke anak-anak,” sambung dia.
Minimnya pendekatan moral menurutnya menjadi pemicu kelompok usia muda berujung pada seks bebas. Adaptasi budaya barat juga semakin populer. Salah satunya, istilah-istilah yang menormalisasi seks bebas seperti one night stand, friends with benefits.
Tidak sedikit anak yang kemudian memiliki pola pikir seks sebelum menikah adalah hal yang wajar dan semakin lumrah terjadi, sehingga mengesampingkan risiko IMS yang rentan muncul.
“Karena itu sebetulnya kita harus intens lho kasih tau mereka dari kesehatan reproduksi, bagaimana gonore itu berbahaya, klamidia, herpes.”
“Itu karena ada hubungan seks dengan orang-orang yang tertular. Semakin sering bergonta-ganti, semakin besar risikonya, dan perlu diingat obat-obatan yang diberikan kepada pasien IMS ini sudah semakin tidak efektif,” wanti-wantinya.
Editor: DAW
