Newestindonesia.co.id, Selama menjalani hidup, kita tentu pernah mengalami yang namanya trauma, entah itu karena bencana, kehilangan orang tercinta, atau hal-hal tertentu lainnya yang berdampak pada perubahan emosi yang spontan. Kejadian-kejadian sulit ini bisa mengguncang hidup kita.
Saat itu terjadi, wajar jika kita merasa terpuruk dan berpikir bahwa tidak ada hal baik yang bisa muncul dari luka itu. Trauma sering meninggalkan bekas yang menyakitkan dan membuat kita kehilangan arah. Namun, di tengah kondisi tersebut, ternyata dapat muncul secercah perubahan positif.
Psikolog menemukan bahwa sebagian orang tidak hanya mampu bangkit dari trauma, tetapi bahkan tumbuh menjadi lebih kuat dan bijaksana daripada sebelumnya. Fenomena inilah yang disebut post-traumatic growth atau pertumbuhan pascatrauma.
Sebagaimana yang dilansir dari klikdokter.com, Post-traumatic growth adalah proses perubahan psikologis yang bersifat positif, di mana individu mengalami perkembangan pada cara berpikir dan merasakan setelah melalui peristiwa traumatis di masa lalu. Perubahan ini mencakup pandangan baru terhadap diri sendiri, hubungan dengan orang lain, serta cara memandang masa depan.
Post-traumatic growth diibaratkan sebagai kebangkitan dari masa lalu, di mana pengalaman yang menyedihkan, menakutkan, dan traumatis dijadikan pelajaran. Dari pengalaman tersebut, sudut pandang terhadap kehidupan terbentuk menjadi lebih positif dibandingkan sebelumnya, sehingga individu dapat mengontrol dirinya secara lebih optimal.
Seperti yang dikutip dari idntimes.com, Ketika seseorang berhasil berdamai dengan trauma masa lalunya dan mencapai tahap post-traumatic growth, berbagai manfaat dan keuntungan dapat dirasakan. Salah satunya adalah tumbuhnya kekuatan diri yang lebih besar melalui kesadaran akan potensi dan kelebihan pribadi.
Individu yang telah melewati proses ini umumnya memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih tinggi serta keberanian yang lebih mantap untuk menghadapi beragam tantangan di masa mendatang, karena mereka telah memahami dan mengakui kualitas positif yang ada dalam dirinya.
Selain itu, kualitas hubungan dengan orang lain juga akan meningkat. Individu yang telah berdamai dengan traumanya menjadi lebih peka dalam membedakan mana orang yang tulus dan mana yang tidak. Mereka belajar menghargai orang-orang yang setia mendampingi mereka, bahkan saat harus berkorban.
Sementara itu, orang yang gagal untuk mengatasi trauma dan terlelap dalam kesengsaraan mentalnya terlalu lama akan mengalami yang disebut Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Penderitanya terus-menerus dihantui ingatan akan kejadian menyakitkan di masa lalu, kerap mengalami mimpi buruk, dan diliputi kecemasan berlebihan yang sulit dikontrol, terutama saat berada dalam situasi serupa. Untuk menghindari pemicu kecemasan, penderita PTSD biasanya menjauhi semua hal yang terkait dengan trauma mereka, mulai dari orang-orang yang terlibat hingga tempat kejadian. Hal ini membuat mereka kesulitan untuk berbaur di lingkungan sosial, karena rasa takut yang terus menghantui.
Penulis : Andika Pratama
