Newestindonesia.co.id, Matcha, bubuk teh hijau yang khas dengan warna hijau cerah dengan rasa uniknya, telah menjelma merasuki pasar tren minuman global di era modern. Kehadirannya kini begitu meresap dalam budaya kontemporer, terlihat dari menjamurnya kafe khusus matcha, inovasi kuliner yang tak terbatas yang digunakan sebagai ragam rasa tidak sebatas hanya minuman tetapi juga menebar hingga produk produk camilan khas seperti kue, sampai produk kesehatan.
Namun, siapa sangka popularitas yang meluas ini punya sejarah panjang yang membentang hampir seribu tahun, jauh sebelum statusnya yang dikenal akrab saat ini dikalangan gen z terutama.
Sebagaimana dilansir dari matchaful.com, Semua berawal di Tiongkok pada masa Dinasti Tang, yang berkuasa dari abad ke-7 hingga ke-10. Pada zaman itu, daun teh tidak diseduh seperti sekarang. Daun teh dikukus lalu dipadatkan menjadi balok-balok kecil. Tujuannya? Agar lebih praktis untuk diangkut dan diperdagangkan. Cara menikmatinya pun unik yakni balok teh ini dipanggang, ditumbuk hingga menjadi bubuk super halus, lalu dicampur dengan air dan sejumput garam.
Namun, popularitas teh bubuk ini baru benar-benar meledak pada masa Dinasti Song (abad 10-13). Di sinilah seorang biksu Buddha dari Jepang bernama Eisai masuk ke dalam cerita. Setelah menghabiskan sebagian besar hidupnya belajar Buddhisme di Tiongkok, Eisai pulang secara permanen ke Jepang pada tahun 1191. Ia kembali dengan membawa serta biji teh dan metode Buddha Zen dalam menyajikan teh hijau bubuk. Konon, biji teh yang dibawa Eisai inilah yang kelak menghasilkan daun teh dengan kualitas terbaik di seluruh Jepang.
Sebagaimana dilansir dari ukmindonesia.id, Matcha memiliki ciri dari segi citra rasa yaitu rasa umami yang khas dengan sentuhan segelintir rasa pahit dengan after taste yang manis. Hal ini lah yang membuat nya dapat dikombinasikan dengan berbagai jenis minuman lainnya seperti susu (matcha latte) atau bahkan dijadikan branding beberapa produk rasa makanan ringan penutup seperti biskuit, pancake, kue, dll. Keflekibilitasan inilah yang menjadikan matcha melonjak pesat di persaingan pasar FnB dan masih mumpuni hingga saat ini karena target konsumennya yang beragam.
Selain keunikan dari rasanya, Matcha juga memberikan segudang manfaat. Sebagaimana dikutip dari bbcgoodfood.com, menurut studi, Matcha mengandung antioksidan dalam jumlah melimpah (termasuk polifenol seperti katekin) dan fitokimia (seperti klorofil dan kuersetin). Zat-zat ini dapat memberikan efek positif bagi kesehatan, terutama ketika dikonsumsi dalam makanan yang secara alami mengandungnya.
Matcha kaya akan polifenol, klorofil, kafein, dan L-theanine – yang semuanya bermanfaat bagi fungsi otak. Sebagai stimulan, kafein bekerja pada sistem saraf pusat. Zat ini meningkatkan metabolisme energi di otak, sekaligus mempertajam kewaspadaan dan kinerja memori.
Penulis & Editor: Andika
