Newestindonesia.co.id, Hari Raya Galungan dan Kuningan merupakan salah satu perayaan keagamaan terbesar bagi umat Hindu di Bali. Kedua hari raya ini menjadi simbol kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan). Namun sebelum hari raya tiba, ada banyak persiapan yang dilakukan masyarakat Bali mulai dari rumah tangga, pura, hingga kegiatan adat di desa. Lalu seperti apa persiapan Hari Raya Galungan dan Kuningan di Bali? Berikut ulasan lengkapnya.
Membuat Penjor – Simbol Kemakmuran dan Rasa Syukur
Salah satu persiapan paling ikonik menjelang Galungan adalah penjor, yakni batang bambu panjang yang dihias dengan janur, daun, hasil bumi, dan perlengkapan adat lainnya.
Penjor dipasang di depan rumah sebagai simbol rasa syukur atas kemakmuran yang diberikan Tuhan.
Makna penjor:
- Simbol gunung sebagai sumber kehidupan
- Doa dan harapan agar kesejahteraan selalu diberikan
- Bentuk penghormatan kepada Sang Hyang Widhi Wasa
Menyiapkan Banten atau Sarana Persembahyangan
Menjelang Galungan dan Kuningan, masyarakat Bali sibuk mempersiapkan banten (persembahan). Banten dipersembahkan di pura, rumah, pekarangan, hingga tempat usaha sebagai tanda bhakti.
Jenis banten yang dipersiapkan antara lain:
- Canang sari
- Pejati
- Daksina
- Penyeneng
- Sesajen khas Kuningan
Pembuatan banten biasanya dilakukan bersama-sama oleh anggota keluarga untuk menjaga kekompakan dan keharmonisan.
Tradisi Ngelawar dan Megibung
Beberapa hari sebelum Galungan dikenal dengan kegiatan penyembelihan hewan seperti babi atau ayam untuk dibuat olahan khas seperti:
- Lawar
- Sate
- Komoh
- Tum
Tradisi memasak bersama ini disebut Ngelawar. Setelah makanan siap, keluarga besar biasanya melakukan Megibung, yaitu makan bersama dalam satu tempat sebagai simbol kebersamaan dan persatuan.
Persembahyangan ke Pura dan Rumah Keluarga
Saat hari raya tiba, seluruh keluarga melakukan persembahyangan ke:
- Pura keluarga
- Pura desa
- Rumah nenek/kakek atau keluarga besar lainnya
Momentum ini menjadi ajang silaturahmi dan mempererat hubungan kekeluargaan, terutama bagi perantau yang pulang kampung.
Membersihkan Rumah, Merawat Pura, dan Lingkungan
Menyambut Galungan, masyarakat melakukan:
- Bersih-bersih rumah
- Renovasi atau pengecatan bagian pura kecil di rumah (merajan)
- Kerja bakti di lingkungan desa
Ini menandakan penyambutan energi positif dan harapan akan kehidupan yang lebih baik.
Tahapan Upacara — Tidak Sekadar Hari Galungan dan Kuningan
Persiapan Galungan dimulai sejak beberapa hari sebelumnya, di antaranya:
| Hari | Kegiatan |
|---|---|
| Penyekeban (H-3) | Menyimpan pisang sebagai tanda awal persiapan |
| Penyajaan (H-2) | Persiapan sarana upacara dan pembersihan |
| Penampahan (H-1) | Memasak dan membuat lawar |
| Galungan | Persembahyangan utama |
| Umanis Galungan | Silaturahmi dan rekreasi |
| Kuningan (H+10) | Penutup rangkaian upacara Galungan |
Makna Galungan dan Kuningan untuk Umat Hindu di Bali
Lebih dari sekadar perayaan, Galungan dan Kuningan menjadi momen untuk:
- Meningkatkan spiritualitas dan rasa syukur
- Mengingatkan umat untuk selalu berada di jalan kebaikan
- Memperkuat hubungan keluarga dan masyarakat
Kesimpulan
Persiapan Hari Raya Galungan dan Kuningan di Bali dilakukan dengan sangat khidmat dan penuh makna. Mulai dari membuat penjor, menyiapkan banten, melakukan tradisi Ngelawar, hingga persembahyangan ke pura dan rumah keluarga. Semua rangkaian tersebut menunjukkan kuatnya budaya, tradisi, dan nilai kekeluargaan masyarakat Bali.
Semoga artikel ini membantu Anda memahami keindahan dan filosofi di balik perayaan Galungan dan Kuningan. Selamat menyambut Hari Raya Galungan dan Kuningan untuk yang merayakan!
Sumber: Berbagai Sumber, Editor: DAW



