Newestindonesia.co.id, Fenomena orang tua yang cenderung membicarakan atau “menggosipkan” salah satu anak saja sering terjadi di banyak keluarga. Menariknya, tidak semua anak mendapat perlakuan yang sama. Mengapa hanya satu anak yang sering dijadikan bahan cerita, kritik, atau keluhan? Artikel ini akan membahas penyebabnya dari perspektif psikologi keluarga dan budaya, serta bagaimana cara menghadapinya dengan sehat.
Setiap Anak Punya “Peran” dalam Keluarga
Dalam psikologi keluarga, dikenal istilah family role. Tanpa sadar, keluarga memberi peran tertentu pada setiap anak, seperti:
- Si anak penurut
- Si anak pemberontak
- Si anak emas
- Si anak bermasalah
Anak yang digosipkan biasanya adalah anak yang dianggap “paling menarik untuk dibahas”, misalnya karena sifatnya kuat, berbeda, atau sering mengambil keputusan yang tidak sesuai ekspektasi orang tua.
Anak Tertentu Jadi Fokus Emosi Orang Tua
Orang tua sering melampiaskan:
- kekhawatiran,
- frustrasi,
- atau harapan besar
kepada satu anak. Karena emosi tersebut terfokus, anak itu lebih sering menjadi bahan obrolan dibanding yang lain.
Perbedaan Karakter Membuat Satu Anak Lebih “Menonjol”
Anak yang:
- lebih ekspresif,
- lebih mandiri,
- lebih tegas,
- atau justru lebih sering membuat keputusan berbeda,
cenderung lebih diperhatikan—baik secara positif maupun negatif. Orang tua pun lebih sering membicarakannya, entah sebagai bentuk kebanggaan atau kekhawatiran.
Kultur Keluarga: Gosip sebagai Bentuk Komunikasi
Dalam banyak budaya, termasuk di Indonesia, orang tua kadang membicarakan anak sebagai cara “mengurangi beban” atau mengekspresikan cinta secara tidak langsung. Sayangnya, ini dapat terasa seperti gosip dan membuat salah satu anak merasa dimarahi secara tidak langsung.
Orang Tua Lebih Merasa Dekat pada Satu Anak
Kedekatan emosional tidak selalu merata. Jika orang tua merasa paling nyaman bercerita atau mengeluh tentang satu anak, maka anak itu akan lebih sering dibahas dibanding yang lain.
Bias Tak Disadari (Unconscious Bias)
Orang tua mungkin tidak sadar bahwa mereka:
- lebih keras pada satu anak,
- lebih menuntut,
- atau lebih banyak membicarakannya.
Ini bukan selalu favorit atau tidak favorit — kadang hanya kebiasaan yang tidak disadari.
Dampaknya bagi Anak yang Dianggap “Sering Digunjingkan”
Anak yang menjadi fokus gosip keluarga bisa merasa:
- tidak dihargai,
- salah terus,
- atau dijadikan kambing hitam.
Jika tidak ditangani dengan komunikasi yang sehat, ini dapat memengaruhi kepercayaan diri dan hubungan keluarga dalam jangka panjang.
Bagaimana Menghadapinya?
Kenali Polanya Tanpa Emosi Berlebihan
Pertama, sadari bahwa ini sering terjadi di banyak keluarga dan kadang tidak terjadi karena niat buruk.
Komunikasi Terbuka dengan Orang Tua
Sampaikan dengan lembut:
“Aku merasa sering dibicarakan dibanding yang lain, dan itu membuatku tidak nyaman.”
Tujuannya membuka kesadaran, bukan menyalahkan.
Batasi Reaksi Emosional
Jika komentar atau gosipan datang, tidak perlu selalu ditanggapi. Tetapkan batasan sehat.
Libatkan Semua Saudara
Ajak saudara untuk menjaga komunikasi tetap adil dan tidak menjadikan satu anak sebagai pusat gosip keluarga.
Fokus pada Pertumbuhan Pribadi
Jangan biarkan pola komunikasi orang tua memengaruhi rasa berharga diri.
Kesimpulan
Mengapa orang tua hanya menggosipkan satu anak saja? Biasanya karena faktor peran keluarga, perhatian emosional yang terfokus, perbedaan karakter, kedekatan tertentu, atau bias yang tidak disadari. Yang terpenting adalah memahami polanya dan membangun komunikasi yang sehat agar hubungan keluarga tetap harmonis.
Jika Anda merasa sering menjadi “sasaran obrolan”, Anda tidak sendirian — dan ada cara yang baik untuk mengatasinya.
Editor: DAW



