Newestindonesia.co.id, Penjualan unit properti residensial di pasar primer masih melambat pada triwulan III-2025. Ditandai dengan kontraksi sebesar 1,29 persen secara tahunan, meski kontraksinya lebih rendah dibandingkan triwulan II sebesar 3,8 persen.
Hal tersebut tercermin dari Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia yang dirilis Kamis, (6/11/2025). Hasil survei juga mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer pada triwulan III-2025 tumbuh terbatas.
Dalam laporan itu disebutkan, Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan III tumbuh sebesar 0,84 persen secara tahunan. Pertumbuhannya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan II sebesar 0,90 persen.
Sejalan dengan perkembangan harga, penjualan unit properti residensial tipe menengah dan besar juga masih belum kuat. Sementara itu, penjualan properti residensial tipe kecil tumbuh positif.
Di sisi pembiayaan, sumber utama pendanaan untuk pembangunan properti residensial masih berasal dari dana internal pengembang. Pangsa pasarnya mencapai 77,67 persen.
Sedangkan dari sisi konsumen, mayoritas pembelian rumah di pasar primer dilakukan melalui skema pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Pangsa pasarnya sebesar 74,41 persen dari total pembiayaan.
Laporan BI mencatat, secara spasial, dari 18 kota yang disurvei, sebanyak 11 kota mengalami perlambatan IHPR. Penurunan harga properti residensial terjadi antara lain di Surabaya dan Pekanbaru, sementara kenaikan harga terjadi di kota Yogyakarta dan Pontianak.
Editor: DAW



