Newestindonesia.co.id, Lingkungan kerja yang sehat akan membuat karyawan lebih produktif, nyaman, dan loyal terhadap perusahaan. Namun, tidak sedikit orang yang harus menghadapi tempat kerja toxic—situasi di mana budaya kerja, atasan, maupun rekan kerja justru membawa tekanan berlebihan, drama, atau bahkan pelecehan verbal maupun non-verbal.
Lalu, bagaimana cara menghadapi kondisi ini? Haruskah bertahan demi karier dan finansial, atau resign demi kesehatan mental? Berikut pembahasan lengkapnya.
Ciri-Ciri Tempat Kerja Toxic
Sebelum memutuskan langkah, kenali dulu tanda-tanda lingkungan kerja yang tidak sehat:
- Komunikasi tidak terbuka dan penuh gosip.
- Atasan tidak menghargai atau sering merendahkan bawahan.
- Beban kerja berlebihan tanpa kompensasi sepadan.
- Tidak ada work-life balance.
- Rekan kerja saling menjatuhkan, bukan mendukung.
- Kesehatan mental dan fisik mulai terganggu karena stres berkepanjangan.
Jika sebagian besar tanda ini Anda rasakan, bisa jadi Anda sedang berada di lingkungan kerja yang toxic.
Tips Menghadapi Tempat Kerja Toxic
Sebelum terburu-buru resign, ada beberapa langkah yang bisa dicoba:
1. Tetapkan Batasan Diri
Jangan biarkan tekanan kerja masuk ke ranah pribadi. Pelajari untuk berkata “tidak” jika tugas tidak masuk akal atau di luar tanggung jawab Anda.
2. Bangun Dukungan Positif
Cari rekan kerja yang sevisi atau lingkungan di luar kantor yang bisa menjadi support system.
3. Fokus pada Pengembangan Diri
Gunakan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan, menambah pengalaman, dan membangun portofolio.
4. Komunikasikan Masalah
Jika memungkinkan, sampaikan permasalahan kepada atasan atau HRD dengan cara profesional.
5. Jaga Kesehatan Mental dan Fisik
Meditasi, olahraga, atau melakukan hobi bisa membantu menjaga energi positif meskipun lingkungan kerja tidak mendukung.
Kapan Harus Memilih Resign?
Meski ada banyak cara untuk bertahan, ada kalanya resign menjadi pilihan terbaik. Pertimbangkan resign jika:
- Kondisi kerja sudah memengaruhi kesehatan mental dan fisik.
- Tidak ada peluang untuk berkembang.
- Nilai atau etika perusahaan bertentangan dengan prinsip pribadi.
- Situasi tidak berubah meski sudah dikomunikasikan dengan HRD atau atasan.
Ingat, resign bukan berarti gagal, melainkan langkah untuk mencari lingkungan kerja yang lebih sehat dan sesuai dengan tujuan hidup Anda.
Kesimpulan
Menghadapi tempat kerja toxic memang tidak mudah. Bertahan bisa menjadi pilihan jika masih ada ruang untuk berkembang dan kondisi masih bisa diperbaiki. Namun, jika pekerjaan tersebut mengancam kesehatan mental, tidak ada salahnya untuk resign dan mencari peluang baru yang lebih baik.
Yang terpenting, selalu utamakan kesejahteraan diri Anda karena karier sukses hanya bisa dicapai jika tubuh dan pikiran sehat.
Sumber: Berbagai Sumber, Editor: DAW
