Newestindonesia.co.id, Banyak dari anak-anak Indonesia sering merasa enggan untuk belajar entah itu untuk mengerjakan tugas ataupun bahkan ujian. Mereka gampang sekali untuk terjebak ke fase jenuh yang sebegitu cepat datangnya ketika membuka buku dan mencoba mencerna isi dari materi yang akan dipelajari.
Disinilah kuncinya, mengapa banyak siswa-siswa kehilangan minat untuk tertarik dengan rasa penasaran yang menggugah akan hasil dari belajar itu, mendapat sesuatu yang baru. Ini disebabkan karena mereka berpikir belajar itu melelahkan, menyulitkan.
Nah disinilah uniknya, seperti dikutip dari ruangguru.com, durasi lamanya belajar tidak menentukan seberapa banyak hasil yang diperoleh. Itu artinya belajar singkat dengan teknik pomodoro misalnya, yaitu metode pembelajaran dengan mengandalkan manajemen waktu yang dirancang agar dapat memudahkan proses pembelajaran dan memberikan hasil yang maksimal ketimbang belajar berjam-jam tanpa henti.
Selama interval 20 menit ini, boost diri kamu sekreatif mungkin untuk menyelesaikan tugas yang sudah ditargetkan sebelumnya, itu sebabnya perencanaan harus matang.
Seperti yang dikutip dari hellosehat.com, ada beberapa tujuan dari teknik pomodoro ini. Yang pertama yaitu mengurangi rasa cemas akan tidak selesainya pekerjaan sesuai target. Ini sangat krusial karena begitu kamu belajar dengan membabi buta kecemasanmu akan semakin bertambah, sementara otakmu sudah burn out duluan, alhasil tugasmu menjadi berantakan.
Yang kedua adalah meningkatkan fokus dan konsentrasi. Ini disebabkan karena kamu sudah memblokade segala distraksi dari awal karena distraksi tersebut sudah kamu atur di sela-sela 5-10 menit singkat setelah melalui status produktif.
Buku Make it Stick karya Peter C. Brown dkk juga mengemukakan bahwa sebagian besar dari kita salah memahami cara kerja pembelajaran yang efektif. Banyak pelajar dan pendidik mengandalkan strategi yang terasa produktif namun sebenarnya hanya menghasilkan ilusi penguasaan.
Metode yang paling umum dan paling tidak efektif adalah membaca ulang materi secara berulang-ulang. Aktivitas ini sering kali menjadi strategi andalan bagi kita terutama dalam menghafal karena memberikan rasa keakraban yang terus meningkat terhadap teks.
Ketika kita membaca sebuah bab untuk kedua atau ketiga kalinya, kata-kata dan kalimatnya menjadi lebih mudah diproses, yang kemudian kita salah artikan sebagai pemahaman mendalam atas konsep yang terkandung di dalamnya.
Sebagai penangkal metode pasif, buku ini memperkenalkan strategi yang paling kuat dan terbukti secara ilmiah yaitu praktik pengujian (the testing effect). Inti dari strategi ini adalah tindakan aktif untuk mengingat kembali informasi dari memori, bukan sekadar memaparkan diri kembali pada materi tersebut.
Setiap kali kita berusaha keras untuk mengingat sebuah konsep, fakta, atau prosedur, kita tidak hanya mengukur apa yang kita ketahui, tetapi kita secara aktif mengubah dan memperkuat memori itu sendiri. Proses pengambilan ini akan memperkuat jalur saraf yang terkait dengan informasi tersebut, membuatnya lebih mudah diakses di masa depan dan secara efektif menghentikan proses lupa.
Contoh sederhana dari praktik ini adalah menggunakan kartu pengingat (flashcards), mencoba menjawab pertanyaan di akhir bab tanpa melihat isinya, atau sekadar berhenti sejenak saat membaca untuk bertanya pada diri sendiri apa poin-poin utama yang baru saja dipelajari.
Penulis: Andika Pratama
