Newestindonesia.co.id, Hidup yang dimulai ketika kita memelekkan mata kita, terbangun dari mimpi dan kembali ke ruang realita, menjalani rangkaian aktivitas yang melelahkan seharian seperti bekerja, kuliah, sekolah, hingga pada sore harinya kita lelah sampai malam.
Di malam hari, di tengah sunyi dan keheningan yang tersirat, ada fakta tersembunyi yang menjadi pengalaman kolektif bagi banyak orang di seluruh dunia, bahwa kinerja otak kita, dalam memecahkan masalah, menghasilkan solusi, cenderung lebih efektif ketika malam hari. Mengapa demikian?
Dilansir dari rri.co.id, Fenomena yang melampaui kebiasaan biasa ini juga didukung oleh bukti ilmiah. Pola aktivitas otak manusia terbukti bervariasi sepanjang hari. Menariknya, berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa malam hari seringkali menjadi periode puncak kreativitas bagi banyak individu. Situasi ini adalah hasil dari pergeseran ritme sirkadian tubuh kita, serta cara otak memproses informasi secara unik saat hari berganti menjadi malam.
Sebuah studi yang dilakukan oleh University of Leicester, Inggris, pada tahun 2020 menunjukkan bahwa otak memperlihatkan peningkatan aktivitas di area yang terkait dengan asosiasi dan imajinasi ketika malam tiba. Peningkatan ini terjadi terutama ketika lingkungan sekitar menjadi lebih sunyi dan gangguan (distraksi) berkurang. Kondisi ideal tersebutlah yang kemudian memfasilitasi dan memperlancar proses berpikir yang bersifat kreatif
Didukung pula oleh Kumparan.com yang menyebut fenomena ini “Night Owl Chronotype” dimana kecenderungan manusia yang lebih produktif dan aktif di malam hari ketimbang siang hari, dan pola ini terlacak seiring dengan perkembangan teknologi digital.
Pada kalangan Gen-Z fase produktif ini sudah hal lazim mengingat mereka seringkali bergadang untuk mengerjakan tugas semalam suntuk. Kecenderungan Generasi Z menjadi “Night Owl” (aktivitas malam) rupanya juga dipengaruhi oleh perkembangan otak mereka, sesuai temuan neurosains.
Pada rentang usia Gen Z, area otak yang mengendalikan siklus tidur dan bangun, seperti hipotalamus, masih dalam proses pematangan. Ketidakseimbangan dalam perkembangan otak ini berpotiko memengaruhi ritme sirkadian, yang kemudian menjadikan Gen Z lebih condong untuk bertingkah laku sebagai “Night Owl”.
Dilansir dari idntimes.com, Fenomena munculnya ide-ide brilian di malam didukung oleh beberapa alasan yang saling berkaitan. Salah satu faktor utamanya adalah kehilangan distraksi karena suasana malam yang hening. Tanpa gangguan sosial dan kebisingan, pikiran menjadi lebih jernih dan mampu fokus penuh, membuka ruang bagi ide baru.
Selain itu, malam hari memicu pelepasan ketegangan setelah seharian beraktivitas, menciptakan kondisi rileks yang memungkinkan otak bekerja lebih bebas tanpa beban, sehingga kreativitas bisa mengalir tanpa hambatan. Malam juga menjadi waktu refleksi ideal di mana pikiran-pikiran tersembunyi muncul, yang memicu munculnya solusi kreatif.
Secara biologis, beberapa penelitian mengaitkannya dengan level dopamin yang lebih tinggi, yaitu hormon pemicu motivasi dan inspirasi. Yang terakhir, otak cenderung mulai berpikir tidak linear dan “out of the box” di malam hari.
Kondisi ini membuat kreativitas tidak terikat oleh logika ketat sehari-hari, memberikan kebebasan bagi otak untuk menghubungkan konsep tak terduga. Jadi, malam hari adalah ladang ide yang subur karena perpaduan ketenangan, relaksasi, refleksi, peningkatan hormon, dan pola pikir yang lebih bebas.
Penulis: Andika
