Newestindonesia.co.id, Perubahan sikap anak ketika beranjak dewasa kerap membuat orang tua merasa bingung atau bahkan terluka. Salah satu hal yang sering terjadi adalah anak menjadi lebih mudah marah atau emosional kepada orang tua. Lantas, apakah hal ini termasuk perilaku yang normal?
Perubahan Emosi saat Remaja dan Dewasa Muda: Hal yang Normal
Secara psikologis, masa remaja hingga dewasa muda (sekitar usia 12–25 tahun) adalah fase perkembangan yang sangat kompleks. Anak sedang mencari jati diri, kemandirian, dan mulai membentuk opini sendiri. Dalam proses ini, ketegangan dengan orang tua bisa muncul sebagai bentuk “uji batas” dan penegasan identitas diri.
Beberapa hal yang menyebabkan anak mudah emosi kepada orang tua antara lain:
- Perubahan hormon yang memengaruhi suasana hati.
- Stres dari sekolah, pergaulan, atau tekanan masa depan.
- Keinginan untuk mandiri, tapi masih tergantung secara emosional atau finansial.
- Perbedaan sudut pandang dengan orang tua yang dianggap tidak memahami dunia mereka.
Apakah Harus Dikhawatirkan?
Perubahan emosi ini tidak selalu berarti ada masalah besar. Namun, jika anak menjadi terlalu sering marah, berkata kasar, atau menarik diri secara ekstrem, ini bisa menjadi sinyal bahwa ada tekanan yang perlu ditangani lebih serius.
Orang tua perlu membangun komunikasi terbuka, tanpa menghakimi. Hindari membalas emosi dengan emosi. Sebaliknya, tunjukkan empati dan jadikan diri sebagai tempat yang aman untuk anak bercerita.
Cara Orang Tua Menghadapi Anak yang Sering Emosi
Berikut beberapa tips menghadapi anak yang mulai sering emosi:
- Dengarkan dengan sabar, jangan langsung menyela atau menasihati.
- Pahami emosi anak, bukan hanya perilakunya.
- Berikan ruang, biarkan anak punya waktu sendiri untuk mengolah perasaannya.
- Gunakan pendekatan dialog, bukan ceramah.
- Bangun kepercayaan, agar anak merasa nyaman berbagi cerita.
Kesimpulan
Sikap emosional anak saat beranjak dewasa adalah hal yang umum terjadi dalam proses pertumbuhan mereka. Yang terpenting adalah bagaimana orang tua merespons situasi ini dengan bijak dan penuh kasih sayang. Dengan komunikasi yang sehat dan pendekatan yang tepat, hubungan orang tua dan anak tetap bisa harmonis meski sedang dalam fase perubahan besar.
Sumber: Berbagai sumber, Editor: DAW
