Newestindonesia.co.id, Bencana banjir kembali melanda Kabupaten Bandung dan menyebabkan puluhan ribu warga terdampak. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung melaporkan bahwa hingga Jumat, total 34.497 jiwa terimbas banjir yang merendam sejumlah kecamatan.
Kondisi ini terjadi setelah hujan berintensitas tinggi mengguyur wilayah tersebut sejak Kamis (4/12/2025) sore.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung, Wahyudin, menjelaskan bahwa jumlah warga terdampak berasal dari tiga kecamatan dengan kondisi paling parah.
“Data kecamatan terdampak banjir parah adalah Dayeuhkolot dengan warga terdampak sekitar 25.918 jiwa, Baleendah 5.579 jiwa, dan Bojongsoang sekitar 3.000 jiwa,” ujarnya di Bandung dikutip dari Antara.
Selain itu, banjir juga memaksa 162 kepala keluarga (KK) atau sekitar 457 jiwa untuk meninggalkan rumah mereka dan mengungsi ke lokasi yang lebih aman. Dayeuhkolot menjadi wilayah dengan jumlah pengungsi terbanyak.
“Sementara itu, data warga yang mengungsi di Dayeuhkolot sebanyak 307 jiwa atau 99 KK. Di Kecamatan Baleendah terdapat 62 KK atau sekitar 150 jiwa,” tambah Wahyudin.
Berdasarkan pendataan sementara, ketinggian air di lapangan bervariasi. Titik terendah berada di kisaran 10 sentimeter, sementara titik banjir tertinggi mencapai 150 sentimeter yang terpantau di wilayah Dayeuhkolot.
BPBD menyebut bahwa kondisi ini masih fluktuatif, bergantung pada cuaca dan debit aliran Sungai Citarum. Luapan sungai tersebut menjadi penyebab utama banjir yang merendam permukiman warga hingga hari ini.
Wahyudin menegaskan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan berbagai instansi untuk melakukan penanganan darurat, termasuk evakuasi, pendataan, hingga distribusi logistik kepada para pengungsi.
“Kami terus memastikan proses penanganan terhadap korban berjalan baik,” ujarnya.
Cuaca ekstrem menjadi pemicu utama bencana kali ini. Curah hujan yang tinggi pada Kamis sore membuat aliran Sungai Citarum meluap dan air merendam berbagai permukiman di tiga kecamatan. Peristiwa banjir serupa terus berulang karena karakteristik wilayah dan sistem drainase yang belum mampu menahan volume air di puncak musim hujan.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengeluarkan imbauan resmi agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan menghadapi cuaca ekstrem.
Berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak musim hujan di wilayah Jabar diperkirakan terjadi pada Desember 2025 serta Februari hingga Maret 2026. Kepala Pelaksana BPBD Jawa Barat, Teten Ali Mulku Engkun, menyebut bahwa intensitas hujan yang tinggi dapat memicu berbagai bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan pergerakan tanah.
“Puncak musim hujan berada di depan mata. Kami mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama yang tinggal di wilayah rawan banjir dan longsor,” ujarnya dalam keterangan tertulis.
Teten mengingatkan warga untuk menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan saluran air berfungsi baik. Ia juga mengajak masyarakat memantau kondisi sekitar menggunakan aplikasi InaRISK Personal, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah perbukitan.
“Jika terdapat tanda-tanda pergerakan tanah, segera menjauh dari lokasi dan menuju titik aman,” katanya.
BPBD juga menekankan pentingnya mewaspadai angin puting beliung dan menghindari area rawan seperti bawah pohon besar atau dekat papan reklame. Pemprov Jabar sebelumnya telah menetapkan Status Siaga Darurat Bencana sejak 15 September 2025 hingga 30 April 2026.
Penetapan ini dilakukan untuk memaksimalkan kesiapsiagaan dan koordinasi dengan 27 kabupaten/kota di Jawa Barat menghadapi periode cuaca ekstrem. BPBD menegaskan bahwa upaya mitigasi ini tidak hanya mengandalkan pemerintah, tetapi juga membutuhkan peran aktif masyarakat.
Editor: DAW



